Eksistensi Kecil Yang Besar (Penerimaan)



Eksistensi Kecil Yang Besar

Adalah tidak benar jika filsafat itu mengajarkan paham atheisme, atau orang yang mempelajarinya dianggap cenderung menjadi atheis. Mari berpikir secara lebih terbuka, bahwa mungkin saja kita yang kurang memahami isi-isi liturgi filsafat.
Atau coba beri pertanyaan pada diri sendiri "apakah aku sudah tuntas mempelajarinya?",atau sekedar pemahaman sekilas dicampuri dengan informasi katanya si ini...katanya si anu...katanya si itu...
Yang bahkan kita sendiripun belum sempat memvalidasinya sendiri.

Baiklah, jadi apa konklusinya?
Sahabatku yang dirahmati semesta alam, cenderungkanlah diri kita, hati kita, pemikiran kita untuk menjadi seorang yang dengan lebih terbuka menerima sebuah perbedaan.
Sahabatku, diluar sana ada banyak hal yang mungkin belum banyak kita ketahui serta makin beragam yang tidak dapat dipahami bahkan dengan logika atau iman.
Kita hanyalah sebatas eksistensi kecil dimataNya. Tidak ada yang benar-benar kita pahami selain Ia sendiri. (yang maha ESA).
Dengan segala kebijaksanaan yang dalam, tidakkah seharusnya kita berfokus menjalankan apa yang seharusnya kita jalankan. Tidak lagi menilai sesuatu hanya dari sebatas permukaan.

LGBT, minoritas atau keberagaman?
Jika LGBT adalah penyakit, bukankah seharusnya manusia lebih berhati-hati dalam menjaga kesehatan?
Oh tapi, apakah LGBT itu sebuah penyakit?
Jika LGBT itu sebuah dosa, apakah kau tidak ingat dosa asal manusia atas kelalaian dan ketidaktaatan Adam & Hawa?.

Manusia pada hakikatnya memiliki dosa.
Jika LGBT dianggap trash on society, lalu seberapa banyak peran kita untuk turut andil menangani issuee sosial ini?
Dengan menghujat disosial media?
Mengucilkan atau membuang mereka dari lingkungan sosial?
Menulis artikel-artikel yang menyudutkan aib mereka?
atau kau bertindak sebagai perwakilan Tuhan dimuka bumi untuk mengkhotbahi LGBT?.

Bagaimana dengan tindakan pencegahan lain yang dilakukan orang-orang yang perduli terhadap hak asasi tapi tidak dijabarkan disini?
Tapi sebentar, memangnya LGBT itu perwujudan hak asasi manusia atau hanya berlindung dibalik HAM?
Begitu banyak manusia yang hanya tertarik dengan issuee ini namun tidak benar-benar perduli memberikan solusi.
Dijauhi dan menghindari sesuatu hal tanpa menyakiti apakah kita sudah sanggup melakukannya tanpa meninggalkan dosa?.

Cintaku padamu tak terbatas.
Semenjak orang mengenal istilah 'Bucin' (budak cinta), kenapa terkesan orang menjadi lupa untuk menghargai perasaan orang lain?
Perkataan yang sering muncul "hidup bukan melulu membicarakan cinta, tidak selalu tentang cinta, stop perbucinan".
Katanya masih banyak hal yang lebih penting ketimbang itu. Coba kau lebih fokus pada karirmu, sekolahmu, keluargamu, pencapaian finansialmu, inner circlemu, anak-anakmu, tunggakan cicilanmu, ibadahmu dan masih banyak lagi pencapaian-pencapaian hidup lainnya.
Lalu, apakah hanya sebatas itu?
Perasaan cinta dan pergumulan ambisi tidak selalu berbanding sejalan.
Ah ya, rumit sekali ambisi dan cinta sang manusia.

Politik sambalado.
Dari masing-masing opisisi mengunggulkan 'dewa politik' mereka.
Aku lebih suka Prabowo, coba deh kalau Prabowo jadi RI-1 Indonesia pasti tidak akan seperti ini.
(Jancukers 1)
Hei, mending Jokowilah bukan pelanggar HAM dan tidak cacat hukuman HAM dimasalalu. (Jancukers 2)
Apa? dua-duanya sama saja Jancuks! (Anonim).
Sebaik-baiknya pemimpin adalah yang bijak menempatkan keadilan, persamaan, pemerataan pembangunan, kesejahteraan sosial ekonomi pada porsinya.

Sarkasme Kepada Nia Ramadhani.
Artis OKB, tukang pamer, sudah haji tapi pakaian masih terbuka, istri yang tidak bisa ngapa-ngapain (ngupas salak aja ngga bisa, bikin telor ceplok ga becus).
Pemirsa pecinta pertelevisian pahami baik-baik hal ini, 'gimmic' itu kadang digunakan dan dibutuhkan dalam industri showbis entertainment untuk ratting dan pencitraan. Jangan terlalu baper.

Lantas kamu mau bilang kalau diri kamu jauh lebih baik dari Nia Ramadhani?
Jauh lebih bisa melakukan apapun dari artis itu?
Ladies and boys, sometimes the things that we saw is didn't mean it's their pure life. Baik dan buruk hanya Tuhan yang bisa menilai. Pantas dan tidak pantas hanyalah kerelatifan.

Siapakah kita?
Dirimu bukanlah dirimu yang seutuhnya.
Sebenarnya dirimu adalah tidak ada.
Kau adalah dzat, sebuah manifestasi mengenai diriNya. (Filsafat Cak Nun)



Komentar

Postingan populer dari blog ini

HOTSPOT : (Fantasi friend with benefit)

Kenalan Sama Oppo App Market (Gadgetin)